Featured 1
Curabitur et lectus vitae purus tincidunt laoreet sit amet ac ipsum. Proin tincidunt mattis nisi a scelerisque. Aliquam placerat dapibus eros non ullamcorper. Integer interdum ullamcorper venenatis. Pellentesque habitant morbi tristique senectus et netus et malesuada fames ac turpis egestas.
Featured 2
Curabitur et lectus vitae purus tincidunt laoreet sit amet ac ipsum. Proin tincidunt mattis nisi a scelerisque. Aliquam placerat dapibus eros non ullamcorper. Integer interdum ullamcorper venenatis. Pellentesque habitant morbi tristique senectus et netus et malesuada fames ac turpis egestas.
Featured 3
Curabitur et lectus vitae purus tincidunt laoreet sit amet ac ipsum. Proin tincidunt mattis nisi a scelerisque. Aliquam placerat dapibus eros non ullamcorper. Integer interdum ullamcorper venenatis. Pellentesque habitant morbi tristique senectus et netus et malesuada fames ac turpis egestas.
Featured 4
Curabitur et lectus vitae purus tincidunt laoreet sit amet ac ipsum. Proin tincidunt mattis nisi a scelerisque. Aliquam placerat dapibus eros non ullamcorper. Integer interdum ullamcorper venenatis. Pellentesque habitant morbi tristique senectus et netus et malesuada fames ac turpis egestas.
Featured 5
Curabitur et lectus vitae purus tincidunt laoreet sit amet ac ipsum. Proin tincidunt mattis nisi a scelerisque. Aliquam placerat dapibus eros non ullamcorper. Integer interdum ullamcorper venenatis. Pellentesque habitant morbi tristique senectus et netus et malesuada fames ac turpis egestas.
Kamis, 21 Maret 2013
Curiosity Temukan Keberadaan Air di Planet Mars!
Asteroid Apophis Sedang Melintas Bumi, Prediksi Hantam Bumi 2029 atau 2036
Meteor jatuh ke bumi membawa fosil makhluk luar angkasa?
Rabu, 20 Maret 2013
Internet anda lambat? mungkin ini penyebabnya.
"Matahari meletupkan partikel radiasi korona (CME) ke arah bumi dan dampaknya dapat dirasakan pada satu atau tiga hari setelah kejadian tersebut," kata laman resmi NASA www.nasa.gov pada Ahad (17/3).
Pengamatan dari Badan Pengawas Urusan Terestrial Surya (STEREO) dan Badan Pengawas Heliosfer dan Surya dari NASA menjelaskan kecepatan letupan mencapai sekitar 1.448 kilometer per detik.
"Jika merunut pada sejarah, letupan radiasi matahari dengan kecepatan tersebut menyebabkan dampak menengah hingga berat kepada bumi," kata laman NASA itu.
Selain itu, NASA memberi peringatan kepada operator pesawat antariksa Spitzer dan Messenger bahwa gelombang radiasi badai matahari akan melalui kedua sarana tersebut.
"Kejadian tersebut hanya berdampak kecil pada pesawat antariksa dan perlu diperhatikan oleh operator pesawat karena partikel surya bisa menganggu peralatan elektronik dalam komputer," kata laman NASA.
Badai radiasi korona, yang langsung mengarah ke bumi, dapat menyebabkan fenomena cuaca antariksa, seperti, badai geomagnetis ketika bergesekan dengan selubung magnet bumi, magnetosfer, selama beberapa saat.
Badai radiasi korona adalah fenomena di bintang matahari, yang dapat melepaskan partikel tenaga surya ke ruang angkasa.
Foto "alien" tertangkap kamera
Foto dibawah ini diambil oleh seorang fotografer profesional bernama Enrique Sepulvada di taman kota di Chili pada tanggal 24 Mei 2004. Dalam fotonya, terlihat adanya makhluk aneh sedang menyeberang jalan. Ia menyadari ada objek tersebut ketika ia mendownload foto tersebut ke komputernya. Foto tersebut telah diperiksa dan dipastikan bukan tipuan. Situs-situs di internet mulai mendiskusikan foto ini dan menyatakan makhluk yang tertangkap kamera adalah alien.
Menurut para peneliti, apabila foto tersebut adalah hasil tipuan photoshop, maka dipastikan yang membuatnya adalah seorang yang sangat berbakat karena akan sangat sulit menghasilkan tipuan seperti yang tampak pada foto tersebut. Namun satu pertanyaan masih menggelitik pikiran saya, apabila Enrique adalah seorang fotografer profesional, mengapa hasil jepretannya kabur ? Hmm...
see that little guy..?
Astronom asal indonesia menemukan planet asing
Selasa, 19 Maret 2013
Sinyal misterius dari kembaran bumi??
Para ilmuwan itu tidak cuma menemukan Dunia Zarmina, tapi juga menemukan adanya sinyal misterius yang dipancarkan dari planet yang kemudian disebutkan sebagai planet kembaran bumi itu.
Bhathal yang adalah anggota organisasi SETI (search for extraterrestrial intelligence) -- organisasi yang bertujuan membuka kontak dengan kehidupan lain di luar Bumi -- sedang mengamati langit ketika ia menemukan sinyal 'mencurigakan' dari area galaksi di mana Gliese 581g bermukim.
Penemuan ini menguatkan dugaan bahwa Gliese 581g adalah planet paling mirip Bumi yang pernah ditemukan. Adakah kehidupan di sana?
Penemuan Bhathal hanya sebulan sebelum para astronom mengumumkan penemuan planet Gliese 581e yang kurang bisa dihuni (habitable) dibandingkan Gliese581g -- meski keduanya terletak di sekitar bintang yang sama yang jauhnya, sekitar 20 tahun cahaya.
"Kami menemukan sinyal yang tajam, seperti laser yang selama ini kita cari-cari. Itulah yang kami temukan, dan kami sangat bersemangat," kata Bhathal seperti dimuat situs Daily Mail, 1 Oktober 2010.
Berbulan-bulan setelah penemuannya, Bhathal yang punya reputasi sebagai 'pemburu alien dari Australia' menyapu langit untuk mencari sinyal kedua -- untuk mencari tahu apakah fenomena itu adalah nyata atau justru kesalahan instrumen. Sayang, pencariannya tak menghasilkan apapun.
Namun, penemuan planet mirip Bumi di sekitar Gliese 581 - baik 581e dan 581d, membuat imajinasi publik makin liar.
Pembuat film dokumenter, RDF dan situs jejaring sosial, Bebo menggunakan teleskop radio di Ukraina untuk mengirim sinar informasi terfokus -- berisi 500 pesan dari masyarakat dalam bentuk gelombang radio yang dirahkan ke Gliese 581.
Sementara, menteri keilmuwan Australia saat itu mengorganisasi 20.000 pengguna Twitter untuk mengirim pesan ke bintang tetangga jauh Bumi di luar tata surya itu.
Dugaan bahwa benar ada kehidupan di seputar Gliese 581 saat ini dikuatkan oleh pendapat Dr Steven Vogt dari University of California, Santa Cruz. Ia mengaku 100 persen yakin ada kehidupan di planet itu.
Planet Gliese 581g berada di gugus bintang 'Zona Goldilocks' -- sebuah wilayah di angkasa yang kondisinya tak terlalu panas, juga tak terlali dingin bagi cairan yang membentuk laut, danau, maupun sungai.
Planet tersebut juga nampaknya memiliki selubung atmosfer, gravitasi seperti Bumi. Para ilmuwan berpendapat, jika benar, temuan ini adalah pendukung fakta bahwa alam semesta dipenuhi planet yang mirip dengan dunia manusia.
"Jumlah sistem yang diduga memiliki planet yang bisa dihuni mahluk hidup, mungkin sekitar 10 sampai 20 persen. Jika dikalikan dengan ratusan miliar bintang di Bima Sakti, ini jumlah yang besar."
Mungkin saja ada puluhan miliar sistem seperti ini di galaksi kita.
"Secara pribadi, mengingat kecenderungan kehidupan berkembang di mana pun, saya bisa mengatakan bahwa peluang bagi kehidupan di planet ini adalah 100 persen. Aku hampir tidak meragukannya," kata Vogt.